Minggu, 15 Juli 2007

JK Digoyang Isu Munaslub
Selasa, 03 Juli 2007, 15:58:01 WIB

Laporan: M Hendry Ginting


Jakarta, Rakyat Merdeka. Kritik pedas terhadap sepak terjang Ketua Umum Golkar, Jusuf Kalla terus bergulir.

Kritik itu berhamburan, karena wakil presiden itu merestui Surya Paloh menggelar pertemuan, untuk membentuk koalisi Partai Golkar dengan PDI Perjuangan di Medan, serta mengadakan pertemuan dengan Sultan Hamengku Buwono di Jogjakarta beberapa waktu lalu.

Salah satu kritik tersebut keluar dari Ketua Bidang Kepemudaan Partai Golkar, Idrus Marham, dalam diskusi bulanan konsolidasi pembaharuan Partai Golkar, bertema “Ada Apa dengan Partai Golkar?”, di Jakarta siang tadi (Selasa, 3/7).

Dia mengatakan, jika Golkar mau tetap eksis, maka Golkar harus kembali kepada jati dirinya, dengan jalan kekaryaan seperti dulu. Dengan demikian, lanjutnya, calon pemimpin Golkar ke depan adalah orang yang berkarya dan berkomitmen kepada Golkar, bukan pengusaha seperti Jusuf Kalla. “Tidak ujuk-ujuk datang dan menjadi pemimpin Golkar karena memiliki uang yang banyak,” tukasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Bidang Ketenagakerjaan Partai Golkar, Zainal Bintang mengatakan, dari segi sumber daya manusia (SDM) Partai Golkar memiliki banyak orang, yang memiliki kredibelitas yang tinggi.

Namun dalam perjalanannya, tambah Zainal, ada anomali antara kepemimpinan saat ini dengan kalangan muda Partai Golkar. Untuk menyakini anomali ini, lanjutnya, Partai Golkar harus mengadakan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) secepatnya. “Di dalam Partai Golkar Munaslub tidak diharamkan, asalkan memenuhi persyaratan,” ujarnya.

Selain untuk menyakini anomali, sambung Zainal, Munaslub juga berguna untuk mengukur kembali legitimasi kepemimpinan Jusuf Kalla. “Yang kedua untuk mengakhiri dualisme kepemimpinan yang ada di dalam Golkar,” tandasnya. atm

Tidak ada komentar: