Kader Golkar Waswas Kena Sanksi
Kamis, 28 Juni 2007, 07:24:07 WIB
Pertemuan Medan, Ide Brilian Tapi Salah Orang
Jakarta, Rakyat Merdeka. Rencana DPP Partai Golkar yang akan mengevaluasi Ketua Dewan Penasihat Surya Paloh karena melakukan pertemuan dengan Taufik Kiemas di Medan beberapa waktu lalu, telah membuat waswas sejumlah kader partai beringin yang ikut hadir dalam pertemuan itu.
Bila ternyata pertemuan Medan itu dianggap ilegal, karena tanpa lewat keputusan DPP, nama pengurus Golkar yang ikut hadir dalam pertemuan itu bisa dikenai sanksi.
Selain Paloh, pertemuan Medan itu juga dihadiri sejumlah pengurus DPD Partai Golkar. Nama Ketua DPD Lampung Alzier Dianis Thabranie pun dikabarkan sebut hadir dalam pertemuan itu. Bahkan dia, disebut-sebut sebagai motor pertemuan itu.
“Saya sudah jelaskan, posisi saya tidak ikutan dalam acara tersebut. Ke Medan saja, nggak. Memang bertebaran sms gelap. Semuanya sudah saya laporkan kepada ketum dan wakil ketum. Yang jelas, kami ikuti aturan partai,” tandas Alzier.
Ia mengatakan bahwa garis Partai Golkar sudah tegas dan jelas yakni sebagai menjadi partai pendukung pemerintah. Sejauh ini, pertemuan petinggi Golkar dan PDIP di Medan, memang bukan atas inisiatif DPP. “Saya sendiri heran, kenapa nama saya dibawa-bawa. Tetapi sudah saya jelaskan semuanya. Kita tunduk dan taat terhadap keputusan partai,” tukasnya.
Alzier mengkhawatirkan adanya pihak-pihak yang ingin mengobok-obok internal Partai Golkar, dengan meniupkan fitnah-fitnah keji mengenai pertemuan Medan itu. Sejauh ini, kata dia, DPD Lampung tunduk terhadap garis kepemimpinan Jusuf Kalla.
Fungsionaris Partai Golkar Anton Lesiangi menegaskan, Surya Paloh sebagai pejabat fungsional, tidak memiliki wewenang dalam mengambil suatu keputusan partai yang bersifat strategis.
“Meski demikian, gagasan Surya Paloh, sangatlah brilian. Dia layak disebut The Hero bagi Golkar. Sayangnya, eksekutornya salah. Seharusnya diputuskan oleh pejabat struktural dalam hal ini ketum atau wakil ketum,” paparnya.
Anton menjelaskan, kekisruhan pascapertemuan Medan ini seharusnya tak tidak perlu terjadi apabila Ketua OKK Partai Golkar Syamsul Muarif memberikan penjelasan kepada Surya Paloh mengenai jabatan ketua Dewan Penasihat yang disandangnya. Ketua Dewan Penasihat, jelas dia, bersifat fungsional. Tugasnya memberikan gagasan atau pertimbangan, saran dan nasihat kepada DPP. Selanjutnya DPP yang menindaklanjuti.
Anehnya, ucap Anton, Ketua OKK justru mendiamkan tindakan Surya Paloh. Dalam hal ini, Surya Paloh tidak bisa disalahkan. “Saya yakin, ketua OKK tahu aturan partai. Dulu memang pernah dilakukan Akbar Tandjung (saat menggalang Koalisi Kebangsaan dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri). Tetapi ingat, saat itu Akbar sebagai pejabat struktural. Dia kan Ketum Golkar,” jelasnya.
Menurutnya, arah pertemuan Medan sifatnya sangatlah strategis. Karena membicarakan peluang aliansi menghadapi Pemilu 2009. Apalagi tidak ada jaminan bahwa Golkar pada 2009 akan tetap mengusung duet SBY-JK. “Kalau Golkar menang lagi, tentunya akan mengajukan capres dong. Orang nomor satu bukan dua. Saya sendiri kagum dengan ide Surya Paloh. Bahwa 2009 harus kami rebut kekuasaan. Tetapi tujuannya untuk mensejahterakan rakyat, bukan untuk bagi-bagi kekuaaan semata,” paparnya.
Ke depan, lanjutnya, petinggi Partai Golkar harus memutuskan masalah ini. Artinya, gagasan yang dikemukakan Ketua Dewan Penasihat tentang aliansi strategis dengan PDIP perlu dipertimbangkan ditindaklanjuti atau tidak. “Disini butuh sikap negarawan dan kearifan dari ketum. Jangan sampai menimbulkan masalah baru,” paparnya. rm
Sabtu, 14 Juli 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar